BALIKPAPAN–Penulis buku berjudul Aji Galeng dari Paser Utara Penjaga Negeri dan Peletak Peradaban 1790-1882 karya Dr. Bambang Arwanto AP. M.Si diperkenalkan di acara Seminar dan Lokakarya (Semaloka) yang berlangsung di conference room Kampus Uniba, Sabtu (03/08/2024).
Hadir pada acara tersebut diantaranya Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal. Deputi Pengendalian Pembangunan Otorita IKN Dr. Thomas Umbu Pati Tena Bololadi. Ketua Yayasan Aji Galeng Aji Kamri. Aji Dharmawi selaku Sekretaris Kerukunan Keluarga Kesultanan Paser. Aji Erie sebagai Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Aji Imbran dari Kesultanan Kutai Kartanegara. Aji Kamri dari Ketua Dewan Adat Paser Telake Balik. Perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wajo Sengkang. Lestari selaku Kepala BPCB Kaltim di Samarinda. Aji Hasanudin dan Aji Zhulpani dari Dewan Adat Paser Balik. Aji Arbayah dan keluarga serta Aji Herman dan keluarga sebagai Keluarga Keturunan Aji Galeng. Ibu Sarinah sebagai Perwakilan Adat Paser Balik di Sepaku. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Kartanegara di Tenggarong. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Paser di Tanah Grogot.
Aji Galeng dari Paser Utara Penjaga Negeri Peletak Peradaban (1790-1882), seorang tokoh yang berjasa dalam sejarah daerah Kalimantan Timur. Aji Galeng adalah penguasa di Paser Utara, suatu daerah yang berada di antara wilayah Kesultanan Kutai dan Kerajaan Paser. Dengan terjadinya pemekaran pasca 1999, wilayah ini dipecah menjadi Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Di wilayah inilah terletak Ibu Kota Baru Negara (IKN) yang diumumkan Presiden Jokowi di depan anggota DPR-RI pada 26 Agustus 2019.
Kini dengan pembangunan Ibu Kota Negara baru Republik Indonesia bernama “Nusantara” dapat dicatat sebagai membangun peradaban baru. Ibarat pepatah “Dari Asal Kembali Ke Asal” ketika sejarah Indonesia pertama kali bermula dari Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura, kini sejarah ibu kota baru Nusantara kembali berawal dari Kalimantan Timur.
Menurut Dr. Bambang Arwanto, buku ini telah melalui proses panjang. Dalam perkembangannya, setelah naskah pertama selesai kemudian diadakan forum diskusi terpumpun (forum group discussion) yang diadakan 28 Februari 2024 di Yogyakarta. Pada awalnya penulis buku ini dengan maksud untuk kebutuhan keluarga yang merupakan anak dan cucu keturunan Aji Galeng. “Zuriat Aji Galeng umumnya hanya mengetahui kisahnya dari sumber cerita kolektif pendahulunya alias tradisi lisan saja,” ujar Dr. Bambang Arwanto.
Padahal Aji Galeng merupakan sosok yang berjasa sebagai tokoh pemersatu Tanah Telake dan Tanah Balik, yaitu “Tanah Hadiah Perkawinan” dari Kesultanan Paser dan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. “Jadi tujuan awalnya agar zuriat Aji Galeng bukan hanya akan merasa bangga tetapi juga supaya dapat menjaga marwah karena keharuman namanya. Namun dalam perkembangannya kami juga bermaksud memperkenalkan tokoh ini kepada khalayak ramai,” ujar Dr. Bambang Arwanto lagi.
Jika ditinjau dari sepak terjangnya yang berhadapan dengan intervensi orang Belanda dan Inggris, peran Aji Galeng berpotensi ditampilkan melampaui batas kedaerahan. Jadi kepahlawanan Aji Galeng selain diakui bagi daerahnya tetapi juga secara nasional. Berdasarkan perihal inilah kiranya dapat mengundang para peneliti dan akademisi untuk merekonstruksi sejarah ketokohan Aji Galeng lebih mendalam dan komprehensif.
Sebagai zuriat Aji Galeng (turunan ke-6) dengan gelar Kesultanan Paser Kakah Demong Nata Kusuma Diningrat, Gelar Kesultanan Kutai Mas Natawijaya dan Gelar Kerajaan Wajo La Patau’ Daeng Mabela, Dr. Bambang Arwanto menyadari betapa tidak mudah untuk menghasilkan buku ini. Sumber data yang digunakan untuk menyusun buku ini masih terbatas dari dua buku yang substansinya tidak berbeda. Buku pertama ditulis Paidah Riansyah dan Zulfhani pada tahun 2019 lalu. Buku kedua ditulis Kamri Sp. Bin H. Aji Ketubah di tahun 2021 merupakan revisi atau lebih tepatnya penambahan materi untuk buku ke satu. “Kami merasakan masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu masukan dari pembaca untuk perbaikannya sangatlah ditunggu,” ujar Dr. Bambang Arwanto.
Dr. Bambang Arwanto mengucapkan terimakasih kepada Sultan Kutai Kartanegara ke-21 Sultan Aji Mohammad Arifin. Kepada Sultan Paser Sultan Muhammad Ali Alamsyah II. Sultan Aji Norhanuddin. Kemudian juga kepada Raja Wajo Datu Pammana Pilla Wajo ke 39. Datu Andi Syahrazad. Juga kepada Ketua Dewan Adat Paser Telake Balik, Aji Kamri Gelar Kakah Demong Agung Natadiningrat Kusuma Jaya, Kepada para tokoh adat Telake Balik. Aji Jamhari, Aji Misnah, Aji Nor Arbayah, Aji Hasanuddin, Aji Rusdiawati, Aji Herman, Dedy Askomambang, Paidah Riansyah dan Zulfhani, serta tokoh Adat Kesultanan Paser, Aji Burhan, Aji Dharmawi dan Aji Amiruddin.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada bapak Prof. Dr. Susanto Zuhdi sebaagai editor buku ini. Serta terimakasih kepada seluruh kerabat yang jadi sumber motivasi, dan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan nama satu per satu. “Semoga ketokohan Aji Galeng yang ditulis dalam buku ini menjadi inspirasi bagi kita semua,” pungkas Dr. Bambang Armanto.
Penulis : ALT