BALIKPAPAN–Dalam beberapa bulan ke depan Balikpapan akan mengadakan Pemilihan Kepala Daerah tepatnya pada 27 November 2024. Menyinggung tentang siapa yang pas untuk menjadi kandidat atau bakal calon Wali Kota Balikpapan dan bakal calon Wakil Wali Kota Balikpapan, salah seorang tokoh masyarakat Balikpapan Ir. Sudjatmiko turut angkat bicara. Hal ini disampaikannya saat media ini menemuinya di ruang kerjanya, Kamis (16/5/2024).
Menurut Sudjatmiko, seorang kandidat yang pasti adalah orang yang bijaksana namun harus memahami perkotaan dan berorientasi kepada kepentingan rakyat, bukan kepentingan kelompok. Namun, menurut Sudjatmiko seideal apapun para kandidat ini, apakah Ia punya uang atau tidak. Sebab fenomenal terakhir ini sudah cenderung ke sana. “Saya sedikit ikut prihatin dengan kondisi seperti itu. Dengan adanya politik fragmatis. Tapi, mau diapain, zamannya sudah seperti itu,” ujarnya.
Alumni Fakuktas Teknik Sipil Universitas Gajah Mada Jogjakarta itu berharap, para kandidat mau tidak mau, suka atau tidak suka. Para kandidat juga harus memiliki sangunya berapa dan uang sakunya berapa. “Moga-moga itu tidak dijadikan lahan bancaan di kelompok elit sendiri. Dan mudah-mudahan ke depan lebih baik lagi,” ujar Ketua Umum Gerakan Masyarakat Madani tersebut.
Menurutnya, seorang kandidat memiliki figur yang memiliki kemampuan untuk pengelolaan permasalahan kota. Jika pemenangnya itu basiknya seorang pengusaha, moga-moga pendampingnya dari mantan birokrat. “Karena undang-undang pemerintahan inikan banyak sekali. Nah kalau itu tidak dikuasai, maka arah kota ini mau ke mana? Untuk itu bisa saja nanti bakal calon wali kotanya pengusaha atau mantan birokrat dan bakal calon wakil wali kotanya dari kalangan birokrat sendiri atau bisa juga dari kalangan partai politik atau pengusaha,” ujar Sudjatmiko lagi.
Menurut Sudjatmiko, dari dulu ketika menjelang Pilkada, dirinya selalu berorientasi kepada mantan birokrat. Ini demi penyelenggaraan tata kelola pemerintahan agar dapat berjalan dengan baik. Karena kalau tidak paham, maka tidak menutup kemungkinan akan dikelilingi near cycle elestis, yang orientasinya hanya untuk keperluan pribadi saja di kalangan elit politik.
Lebih lanjut Sudjatmiko mengatakan, para kandidat ini sudah memiliki popularitas, kapasitas, kapabilitas, elektablitas dan “isi tas”. “Omong kosong itu, kalau kandidat tidak memiliki isi tas. Sekali lagi, rasanya tanpa adanya isi tas itu omong kosong,” ujarnya.
Ia mengaku sedih, jika fenomena politik di negeri ini seperti itu. Karena orang-orang yang punya kemampuan akhirnya harus terpinggirkan hanya faktor isi tas. “Tapi faktanya seperti itu, orang-orang yang ada isi tasnya saja yang hampir dipastikan dapat dijadikan kandidat bakal calon Wali Kota dan bakal calon Wakil Wali Kota Balikpapan. Jadi, bukan saja memiliki populeritas, kapasitas, kapabilitas, elektabilitas saja, tapi isi tas juga perlu diperhitungkan,” papar Sudjatmiko.
Sudjatmiko mengenang, saat pencalonan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Balikpapan, yang saat itu Rizal Effendi berpasangan dengan Heru Bambang, Sudjatmiko adalah Ketua Tim Pemenangannya dan kala itu tidak ada pikiran isi tas. “Ga ada waktu itu menyingung isi tas. Belum ada kala itu. Dan kami masih sangat mudah untuk mencari dukungan saat itu. Namun sekarang sudah tidak bisa lagi. Isi tas menjadi salah satu tolak ukurnya,” pungkasnya.
ALT