BALIKPAPAN—Setelah pasangan Rahmad Mas’ud-Bagus Susetyo dinyatakan memperoleh suara terbanyak pada Pilkada Kota Balikpapan tahun 2024. Maka sudah hampir dipastikan pasangan nomor urut 1 ini tinggal menunggu pelantikan yang rencananya akan digelar pada Februari 2025 yang akan datang.
Ketua Umum Gerakan Masyarakat Madani (Gemma) Balikpapan Ir. Sudjatmiko menaruh harapan besar kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Balikpapan terpilih periode 2025 – 2030 ini. Menurutnya program kerja yang sudah dijalani selama lima tahun belakangan sudah cukup baik. Sudjatmiko memberi apresiasi dengan adanya program BPJS gratis. Bahkan kalau perlu tetap dilanjutkan. Begitu pula dengan adanya program Pembangunan rumah sakit Syafira Balikpapan—RS Tipe C— yang berada di Jalan Marsma R. Iswahyudi RT 30, Kelurahan Damai Bahagia, Kecamatan Balikpapan Selatan, menurutnya ini sudah sangat baik.
Begitu pula program sekolah gratis, mulai SD, SMP, hingga kalau perlu SMA juga gratis. Hal ini sangat berguna karena meringankan beban masyarakat menengah ke bawah. Apalagi jumlah masyarakat Balikpapan terus bertambah, sehingga pendidikan ini bagian yang terpenting bagi Pemkot Balikpapan. Untuk itu Sudjatmiko berharap agar program sekolah gratis termasuk seragamnya yang sudah berjalan agar tetap dilanjutkan lagi.
Lebih jauh Sudjatmiko mengatakan, mengenai banjir. Menurutnya, persoalan banjir ini merupakan sebuah tantangan di kota-kota berkembang, seperti Balikpapan. Untuk itu, banjir ini juga menjadi skala prioritas Pemkot Balikpapan. Ia mengambil perumpaan, seperti di kota Samarinda, proyek penanganan banjir di Samarinda memang dananya digelontorkan besar-besaran untuk drainase dan penanganan banjir. “Kalau kita melewati beberapa ruas jalan yang ada di Samarinda, hampir semua jalan macet, karena adanya proyek drainase,” ujarnya saat ditemui media ini di ruang kerjanya, Selasa (7/1/2025).
Alumni Fakultas Teknik Sipil Universitas Gajah Mada Jogjakarta ini juga menyampaikan, di Balikpapan penanganan banjir seperti di Sungai Ampal yang dinilai belum tuntas. Untuk itu Ia berharap penanganan banjir di kota Balikpapan mesti menjadi skala prioritas yang utama bagi Pemkot Balikpapan.
Selain banjir, taman-taman kota yang ada di kota Balikpapan juga ikut menjadi perhatian. Sejak zaman kepemimpinan Wali Kota H. Tjutjup Suparna hingga saat ini taman-taman kota sudah semakin membaik. Dimana hampir semua ruas jalan, di median jalan dan dipinggiran jalan sudah ditumbuhi tanaman dan pohon-pohon yang rindang. Sehingga jika diperhatikan itu terlihat indah. “Balikpapan tidak saja dikenal dengan kebersihannya, namun estetika atau keindahan juga ada. Kalau bisa ini dikembangkan lagi, bukan hanya di pusat kota, tetapi dbuat di seluruh ruas jalan yang ada di kota Balikpapan. Baik itu taman maupun penghijauan mesti dikembangkan atau ditambah,” ujar penggemar motor besar ini.
Sudjatmiko berharap, agar di Pemkot Balikpapan ke depan lebih tegas kepada pengembang di kawasan-kawasan hulu. Karena dampaknya adalah membawa sedimentasi. Menurutnya, pengembang boleh mengupas lahan, namun harus diberi waktu. Jangan sampai pengembang membuka lahan kemudian ditinggal begitu saja. Kalau dibiarkan begini tentu berdampak banjir di lokasi tak jauh dari pengupasan lahan tersebut. “Kalau beginikan yang kasihan adalah masyarakat yang terdampak banjir,” imbuhnya.
Untuk itu, para pengembang yang ada di Kota Balikpapan, ketika mengupas lahannya, sudah ada bozem. Begitu pula tempat penampungan air sementara tiap pengembang seharusnya ada. Menurutnya, pengembang ketika mengupas lahan, kira-kira maksimal dua tahun harus sudah jadi rumahnya. “Jangan sampai membuka lahan tetapi dibiarkan berlarut-larut. Rumahnya tidak dibangun-bangun. Maka dampaknya adalah akan membawa sedimentasi di sekitar kawasan tersebut, yang tentu saja menimbulkan banjir saat hujan deras terjadi,” ujarnya.
Sejauh ini menurut Sudjatmiko, sudah banyak pengembang di Balikpapan yang menelantarkan lahannya. Bangunannya tidak dibangun, namun lahannya sudah dikupas. Maka tak heran terjadilah banjir di sekitar kawasan pengupasan lahan tersebut. Sebagai contoh ada pengembang yang membuka lahan tak jauh dari Komplek BDI Jalan MT Haryono. Walau lokasinya tidak sampai satu hektar, namun pengembangnya membiarkan lahannya dan belum membangun rumahnya. Maka dampaknya terjadilah banjir di kawasan komplek BDI. “Itu banjir bercampur lumpur yang menggenangi jalan di kawasan komplek BDI ini. Kan kasian warga sekitar sini, jalannya berlumpur,” kata Sudjatmiko lagi.
Begitu pula di kawasan Jalan Beller, di sana ada kawasan yang sudah dikupas dan gundul, yang tentu saja membebani saluran-saluran yang ada. Apalagi di daerah tersebut adalah daerah rawan banjir. Menurut Sudjatmiko Pemkot Balikpapan seharusnya memberi batas waktu kepada pengembang. Silahkan dikupas oleh pengembang, namun harus segera bangun rumah-rumah di atas lahan tersebut. “Jangan dikupas dulu lahannya, terus dibiarkan berlarut-larut, nungggu pemesan dulu, lalu dibangun. Nah itu yang akhirnya kota kita menjadi susah dalam menangani banjir,” ujarnya lagi.
Kawasan-kawasan di daerah yang tinggi, ketika ada pengupasan lahan, maka akan membawa sedimentasi ke saluran drainase di sekitar kawasan tersebut, apabila terjadi hujan. Dan itu mengendap di saluran drainase. Sehingga tampang basah di drainase makin kecil, maka jika hujan turun, airnya meluap dan terjadilah banjir.
Pada kesempatan ini juga Sudjatmiko mengatakan sedimenasti di Kota Balikpapan itu sangat tinggi. Hal ini terjadi karena adanya penggundulan-penggundulan di daerah hulu karena adanya pengembang. Sudjatmiko berharap, agar Pemkot Balikpapan memberikan perizinan untuk membangun perumahaan, namun dengan catatan harus diminta jadwalnya untuk memastikan rumah-rumah yang akan dibangun. “Silahkan membangun, namun kasih jadwalnya. Oke, ini dibangun kapan. Itu di bangun kapan. Dan ditandatangani. Jika jadwal yang diberikan tidak tepat waktu, maka Pemkot bisa memblack list pengembang tersebut,” ungkapnya lagi.
Jadi bagi pengembang jangan asal membuka lahan saja, akan tetapi pembangunan rumah-rumahnya belum terbangun juga, maka menurutnya kasian Pemkot Balikpapan. Sebab untuk memelihara saluran air itu membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk itu Ia berharap, bagi pengembang yang sudah terlanjur mengupas lahannya, agar lahannya tersebut ditanami rumput. Hal ini harus dilakukan, agar jika hujan turun, maka sebagian besar air meresap, kalau ada penutup seperti rumput, butiran-butiran tanah tidak akan terbawa arus.
Begitu pula dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di kota Balikpapan yang mengakibatkan macet, Sudjatmiko pun turut angkat bicara. Menurutnya untuk penambahan ruas jalan dinilai sulit. Sebab ini tidak mudah untuk mengembangkan ruas jalan di kawasan padat, karena tersangkut dengan pembebasan lahan milik warga yang harganya sangat tinggi.
Untuk itu Ia berharap agar warga memanfaatkan angkutan umum. Namun angkutan umum harus tersedia dengan bagus. Dan harus ada pendekatan dengan Organda, supaya tidak ada benturan kepentingan. Menurutnya bus umum milik Pemkot Balikpapan ini belum bisa mewakili seluruh jaringan. Namun kalau bus milik Pemkot Balikpapan tersebut sudah berada di seluruh jaringan, maka masyarakat bisa memanfaatkan bus tersebut ataupun angkutan umum. “Hal ini salah satu cara untuk mengurangi macet. Karena masyarakat sudah merasa nyaman menaiki bus atau angkot ketika hendak bepergian. Baik pergi kerja, belanja ke pasar atau ke sekolah bagi pelajar. Dengan catatan, angkutan umumnya juga harus bagus dan bersih yang bisa menarik perhatian warga,” ujarnya.
Kemudian, Ia juga berharap, agar masyarakat yang memiliki mobil, janganlah parkir di fasilitas umum atau di jalan umum, yang berdampak kepada kemacetan. Namun kalau warga tidak memiliki tempat parkir, diimbau untuk menyewa tempat parkir yang tidak membebani jalan umum. “Nah pemahaman itu sudah mulai disosialisasikan. Boleh punya kendaraan, itu haknya masing-masing, itu kemerdekaan kita memiliki kendaraaan, Tapi janganlah kita melanggar hak orang lain dengan memarkirkan kendaraannya di jalan umum. Jadi seharusnya, bagi warga yang memiliki mobil, sebaiknya juga harus memiliki garasi di rumahnya atau menyewa tempat parkir,” pungkasnya.
Penulis : Alfian Tamzil