Umum

MIMPI SEBAGAI PERSIAPAN PARA UTUSAN ALLAH

Ar-Ru’ya ash-Shadiqah/ Kabar kenabian

Oleh: Dr. Ibna Munawar (Dewan Syuro GAZA)

Hakikat mimpi adalah sebuah kesadaran yang timbul dalam jiwa rasional yang berada dalam esensi spiritualnya sebagai percikan dari bentuk-bentuk peristiwa. Begitu jiwa menjadi spiritual maka bentuk-bentuk jiwa spiritual itu memiliki eksistensi yang aktual  di dalamnya, sebagaiman yang terjadi pada semua esensi spiritual lainnya.

Jiwa yg menjadi spiritual akan melepaskan diri dari materi badani dan persepsi badani. Kejadian ini akan berlangsung ketika tidur, sehingga memunculkan pengetahuan tentang kejadian-kejadian masa mendatang yang diimpikan, dan kembali memperoleh persepsi yang termasuk bagiannya.

Jiwa secara potensi merupakan esensi spiritual yang dilengkapi oleh organ jasmani dan persepsi -persepsi tubuh sehingga eksistensinya logis dan menjadi sempurna. Spiritual jiwa yang sudah menjadi eksistensi spiritual tidak memerlukan lagi bantuan organ jasmani. Dalam tingaktan spiritual, jiwa mempunyai tingkatan terendah dibandingkan jenis malaikat yang menimpati tingkat tertinggi dan ia tidak perlu persepsi jasmani apa pun.

Persiapan untuk kehidupan rohani yang tinggi akan terbentuk dalam jiwa selama masih ada di dalam jasmani. Persiapan yang spesifik menuju kerohanian yang tinggi harus melalui pembimbingan seperti yang dimiliki oleh para wali, dan ada juga persiapan yang sifatnya umum dimiliki oleh semua manusia. Inilah arti dan maksud mimpi.

Sedang yang dimiliki oleh para nabi adalah untuk lepas dari kemanusiaan menuju kemalaikatan murni yang merupakan tingkat paling tinggi. Berkali-kali persiapan berulng selama wahyu. Ia terwujud kembali Ketika Nabi kembali ketingkat persepsi jasmani.

Persepsi yang dimiliki selama itu benar-benar sama dengan yang terjadi dalam keadaan tidur, meskipun tidur sama sekali berbeda dan jauh berbeda dibawah tingkat wahyu. Oleh karena persamaan itulah Rasulullah menetapkan bahawa mimpi merupakan “salah satu dari 46 kenabian, atau diriwayat lain disebutkan 43 atau 40 bagian dari kenabian” [1].

Kejadian sirah Rasulullah yang dialami bila diperhatikan mengenai maksud “46” dikatakan bahwa pada mulanya wahyu diterima Nabi melalui mimpi selama 6 bulan atau setengah tahun. Sedangkan lama kenabian seluruhnya adalah 23 tahun, artinya ½ /23 tahun sama dengan 46. Sehingga jelas bahwa salah satu hikmah awal kenabian adalah mimpi yang datang terlebih dahulu sebelum wahyu sebagai bentuk persiapan spesifik yang dimiliki secara fitri bagi para utusan.

Persiapan ini bersifat universal ada pada manusia, walapun untuk mencapainya mesti harus melalui kesukaran dan rintangan yang banyak sekali. Diantara rintangan yang paling besar adalah indera ekternal. Oleh karena itu Allah menciptakan manusia mampu memperloleh jalan menyingkap tutup-tutup indera melalui jalur tidur. Yang merupakan fungsi alami bagi manusia. Apabila tutup tabir ini telah terbuka, jiwa manusia memiliki kesempatan untuk mengetahui apa saja yang ia impikan dalam dunia kebenaran. Pada lain waktu ia dapat menangkap percikan-percikan dari apa yang ia cari. Oleh karena Rasulullah menjadikan sebagai salah satu berita gembira yang diberikan kepada manusia.

“Tidak ada yang tersisa dari kenabian kecuali kabar-kabar gembira al mubasyirat.” Mereka, para sahabat bertanya, ”apakah kabar gembira itu, wahai rasulullah?”, beliau menjawab, ”mimpi yang baik akan dilihat orang yang shaleh, atau diperlihatkan kepadanya.”

Mimpi Kebenaran Rasulullah

Seperti diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, Enam bulan sebelum wahyu pertama turun, Nabi Muhammad selalu mendapat mimpi-mimpi. Aisyah memberi keterangan, “Yang pertama sekali mendahului kedatangan wahyu kepada Rasulullah adalah mimpi-mimpi yang benar. Setiap mimpi beliau selalu terbukti (kebenarannya) secara nyata, seterang cahaya di pagi hari. Demikianlah keadaannya, sampai kemudian Malaikat Jibril datang dengan membawa tiga ayat dari awal Surah al-‘Alaq.”

Adapun Imam al-Syaukani dalam Fath al-Qadir memberikan definisi yang lebih perinci. Seorang nabi adalah pria yang diberikan wahyu oleh Allah SWT melalui mimpi atau ilham. Sementara itu, seorang rasul adalah pria yang diberikan wahyu oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril.

Pendapat tersebut diperkuat Imam al-Baihaqi. Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi seorang nabi pada Rabiul Awal berdasarkan wahyu yang diperolehnya melalui mimpi. Enam bulan kemudian, beliau menerima wahyu dalam keadaan terjaga di Gua Hira.

Imam Ibn Hajar al-‘Asqalani menuturkan, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa mimpi-mimpi berfungsi sebagai persiapan mental bagi beliau dalam menerima wahyu-wahyu berikutnya, yakni yang melalui Malaikat Jibril yang datang kepadanya dalam keadaan terjaga.

Beberapa waktu menjelang turunnya wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW sering kali mendengar suara yang berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah pesuruh Allah (Rasulullah) yang benar.”
Dan ketika Nabi mengarahkan pandangan mencari sumber suara itu, beliau mendapati seluruh penjuru telah dipenuhi oleh cahaya yang gemerlap dan hal ini mencemaskan beliau sehingga dengan tergesa-gesa beliau menemui istri tercinta, Khadijah.

Khadijah menyarankan Nabi menemui Waraqah bin Naufal, seorang tua yang mempunyai pengetahuan tentang agama-agama terdahulu.
Dalam pertemuan tersebut terjadilah dialog.

“Dari mana engkau mendengar suara tersebut?” tanya Waraqah.
“Dari atas,” jawab Nabi.
Waraqah berkata lagi, “Yakinlah bahwa suara itu bukan suara setan, karena setan tidak akan mampu datang dari arah atas, tidak pula dari arah bawah. Suara itu adalah suara dari malaikat.” (Baca: M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Tafsir atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, Pustaka Hidayah. Jakarta: 1997).

Dalam al-Quran surat al-Araf ayat 17 disebutkan sumpah iblis untuk mengoda manusia dari empat penjuru: muka, belakang, kanan, dan kiri. Tanpa menyebutkan arah atas atau bawah. Arah atas diartikan oleh sebagian ulama sebagai arah ketinggian dan keagungan Tuhan serta rahmat-Nya. Arah bawah sebagai lambang kerendahan dan ketaatan manusia dalam memperhambakan diri kepada-Nya.

Seseorang tidak akan terkecoh dan dipengaruhi oleh rayuan setan selama ia menengadah ke atas mengakui Kemahaagungan Allah SWT atau sujud di tanah mengakui kelemahan dan kebutuhan kepada Dzat Yang Mahatinggi itu.

HADITS KABAR KE-NABI-AN HANYA MELALUI MIMPI :
▪️ Dalam shahih sunan Nasai no. 1108 dan Shahih sunan Ibn Majah no.1588;
“Rasulullah ﷺ suatu saat menyingkap tirai, dan kepalanya dililit (diperban) dengan kain karena sakit – yang akhirnya menyebabkan beliau meninggal dunia- lalu Beliau ﷺ bersabda: ‘Ya ALLAH, telah kusampaikan (Beliau mengulanginya 3x), sesungguhnya tidak tersisa lagi kabar kenabian kecuali mimpi yang benar, yakni mimpi yang dilihat seorang muslim atau diperlihatkan kepada seorang hamba.’
▪️ Dalam shahih Bukhari, nomor 6475, Rasulullah ﷺ bersabda ; “Kenabian tidak ada lagi selain berita gembira,” para sahabat bertanya; ‘apa maksud kabar gembira?’. Nabi ﷺ menjawab; “mimpi yang baik.”
▪️ Dalam sunan Ibnu Majah, nomor 3887; “Rasulullah ﷺ bersabda: “Mimpi yang benar adalah bagian dari tujuh puluh (70) bagian kenabian.”
▪️ Dalam Sunan Abu Daud nomor 742, Rasulullah ﷺ bersabda; “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya berita gembira
kenabian telah tiada, kecuali mimpi yang shalih (benar) yang di mimpikan oleh seorang muslim atau yang di perlihatkan kepadanya


MAJELIS GAZA
(Gerakan Akhir Zaman).
1️⃣ CHANNEL :

GAZA NUSANTARA;
https://youtube.com/channel/UCGMktCS2VPlLSySKXH6wsTA
SAYYID QASIM DREAMS ;
https://youtube.com/channel/UCZ-ZIjX-HvbL8lwaeYUafmQ
GAZAtv ;
https://youtube.com/channel/UCh2d99_MO8EsJdtsc4ajqHA
2️⃣ FANPAGE :
https://www.facebook.com/dikicandra17/
3️⃣ HOTLINE :
+6281286023302,
+6281237946076
+628884060426
+6285780733253

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *