BALIKPAPAN—Sebanyak 43 orang Calon Anggota Amatir (Camar) ORARI Lokal Balikpapan mengikuti Ujian Negara Amatir Radio (UNAR) yang digelar di Ball Room Hotel Royal Balikpapan, Minggu (5/12/2021).
Ujian Negara Amatir Radio ini diprakarsai oleh Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas 1 Samarinda dengan mengusung tema “Komitmen Pelaksanan UNAR Berintegritas, Transparan, Anti Korupsi, Anti Suap dan Anti Gratifikasi”.
Pada saat ujian berlangsung hadir pula Ketua ORARI Daerah Kalimantan Timur Edo Chairany, Ketua ORARI Lokal Balikpapan H Makulawu dan Kepala Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas 1 Samarinda Bandi.
Ujian Negara Amatir Radio kali ini menggunakan system CAT (Computer Assisted Test), di mana seluruh pesertanya wajib membawa sendiri laptop. Sedangkan untuk materi ujian tersebut mencakup tentang Pancasila, Radio Regulation, Teknik Radio dan Bahasa Inggris. Menariknya dalam ujian dengan menggunakan system CAT ini, peserta bisa langsung mengetahui hasil ujiannya, ketika sudah selesai menjawab semua pertanyaan dan mengklik kolom selesai.
Dalam ujian kali ini ada 2 peserta yang masih belia. Mereka adalah Muhammad Vitra Bhagaskara yang berusia 9 Tahun dan Yusuf Afgan Asma Adams yang masih berusia 12 tahun. Sedang peserta yang lain kebanyakan berusia diantara 40tahunan hingga ada yang mendekati usia 60 tahun.
Ketua ORARI Daerah Kalimantan Timur Edo Chairany mengatakan, dengan digelarnya UNAR ini, diharapkan agar masyarakat yang menggunakan radio itu tidak liar, yang berdampak pada terganggunya penerbangan. Sehingga atas pemikiran semacam itu, balai Monitoring selaku perpanjangan tangan dari pemerintah, yaitu Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia menyelenggarakan ujian negara yang dilaksanakan hari ini.
“Jadi kita berharap, mudah-mudahan calon calon amatir ini, bisa kita bina, bisa kita kembangkan, yang sampai pada akhirnya, bagaimana bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat. Khususnya di dalam dukungan komunikasi. Seperti masalah keamanan, ketertiban masyarakat, serta menyangkut dukungan komunisasi dalam hal kebencanaan. Itu yang paling penting menurut saya,” ujar Edo Chairany.
Menyangkut dengan adanya dua orang peserta ujian yang usianya masih belia rupanya disambut baik oleh Edo Chairany. Dirinya mengaku merasa bangga atas keikutsertaan ke dua anak tersebut. Di mana di ORARI ini ada event yang disebut JOTA (Jambore On The Air) dan JOTI (Jambore On The Internet). Menurutnya, event JOTA JOTI itu Sebagian besar dari anak anak Pramuka. “Di JOTA dan JOTI ini mereka juga mengenal morse dan mencoba langsung perangkat radio dan berkomunikasi langsung sesama peserta yang lain di berbagai daerah di seluruh tanah air bahkan sampai ke luar negeri,” ujarnya.
Ia juga menyebut, bahwa teknologi radio yang dipergunakan saat ini masih tetap bertahan hingga saat ini di tengah pesatnya perkembangangan sarana komunikasi berbasis digital, seperti android dan sejenisnya. “Kalau HP itu jika ada bencana misalnya, maka jaringan telekomunikasi di HP itu akan terputus. Seperti jaringan listrik yang putus, jaringan komunikasinya ikut terganggu. Namun kalau menggunakan radio, masih bisa digunakan. Karena radio inikan menggunakan satelit. Inilah yang menjadikan radio masih bisa bertahan sebagai sarana Dukungan Komunikasi (Dukom) apabila terjadi bencana. Bahkan di tengah hutan sekalipun radio masih bisa digunakan,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, sebelum ujian dilaksanakan, ada penandatangan pakta integritas, antara ORARI Daerah Kalimantan Timur, ORARI Lokal Balikpapan dengan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas 1 Samarinda. Penandatanganan pakta integritas ini sengaja dilakukan, bahwa penyelenggaraan ujian ini benar benar bersih sesuai dengan tema yang diusung “Komitmen Pelaksanan UNAR Berintegritas, Transparan, Anti Korupsi, Anti Suap dan Anti Gratifikasi”.
Penulis : Alfian Tamzil