BALIKPAPAN—Kendati sehari menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah atau 29 Juli 2023, penjualan hewan kurban, baik sapi maupun kambing, ternyata mengalami sedikit penjualan jika dibandikangkan dengan Idul Adha tahun lalu. Hal ini seperti yang disampaikan Yahya, seorang pedagang kambing, di kawasan Gunung Guntur, Balikpapan, Rabu (28/06/2023).

Kepada Media ini, menurut Yahya yang khusus menjual kambing ini mengatakan, pada perayaan Idul Adha tahun ini penjualan kambingnya tidak sampai 100 ekor hingga sehari sebelum Idul Adha. Ini berbeda jauh dengan tahun lalu, yang bisa mencapai 120 hingga 130 ekor hingga di H–1 Idul Adha. Ia pun juga tidak bisa berbuat banyak, mengapa kambing-kambing yang dijualnya itu mengalami penurunan penjualan pada Idul Adha tahun ini.

Untuk harga kambing yang dijualnya itu, paling murah seharga 4 juta rupiah perekor. Dan yang paling mahal dijual seharga 8 juta rupiah perekornya. Itu tergantung ukuran kambingnya, yang paling kecil dibandrol 4 juta rupiah dan yang paling besar dibandrol 8 juta rupiah. Yahya yang merupakan pedagang kambing selama 10 tahun lebih ini mendatangkan kambingnya dari Polewali kemudian di jual di Balikpapan. Biasanya sehari sebelum Idul Adha, menurut Yahya ada saja pembeli yang datang. “Namun tahun ini berbeda, sampai sekarang, belum ada pembeli, padahal besok sudah Hari Raya Idul Adha. Ini jauh berbeda dengan tahun lalu, di mana sehari sebelum lebaran haji, ada saja satu sampai tiga orang yang membeli kambing saya,” pungkasnya.

Sementara itu, Husein, seorang pedagang sapi kurban juga mengalami hal serupa. Husein mengaku sampai menjelang sehari sebelum Idul Adha, baru 31 ekor sapi yang terjual. Namun pada tahun lalu, Husein mengatakan, sehari sebelum Idul Adha, ia sudah mejual 55 ekor sapi.
Lebih lanjut Husein mengatakan, sapi-sapi yang dijualnya itu dijual paling murah 16 juta rupiah perekor dan yang paling mahal dihargai 30 juta rupiah perekor. Harga ini mengacu pada besar dan kecilnya ukuran sapi. Untuk seekor sapi seharga 16 juta rupiah, bisa mendapatkan daging sebanyak 50 kilogram. Sementara untuk sapi seharga 30 juta rupiah perekor bisa mendapatkan daging sebanyak 2 kwintal atau dua ratusan kilogram.

Menurut Husein, sapi memang agak mahal, karena prosesnya terbilang rumit jika dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu. Sebab sapi-sapi ini berasal dari Polewali, sebelum dikirim ke Balikpapan harus melalui proses karantina. Karena sebelum sample keluar, harus dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan di Majene dengan biaya 500 ribu rupiah perekor. Itu belum biaya pakan dan karantina untuk mengeluarkan hasil PCR. Dan Husein harus membayar 1 juta lebih. Itupun belum termasuk ongkos kirim, yang biayanya 1 juta lebih juga perekornya untuk dibawa ke Balikpapan.
Lebih lanjut Husein mengatakan, dirinya merasa tertekan, sebab harga sapi di Polewali terbilang mahal ditambah pula biaya-biaya yang harus ia keluarkan. “Namun mau diapakan lagi, memang begitu keadaannya. Dan saya menjual sapi-sapi saya harganya kurang lebih saja dengan tahun lalu. Cuma harga sapi di Polewali justru sedikit mengalami kenaikan. Dan saya sengaja tidak menaikan harga sapi-sapi saya tahun ini, karena walau harganya sama dengan tahun lalu, tujuannya agar banyak pembeli. Namun kenyataannya, penjualan sapi saya tahun ini, tidak sebanyak tahun lalu,” pungkasnya.
Penulis : Alfian Tamzil