Oleh: Dr.dr.H.Jaya Mualimin, SpKJ., MKes, MARS
Setelah Nabi wafat maka tidak ada wahyu akan turun via Jibril AS kecuali dalam bentuk mimpi baik dari Tuhan (Mubasyirat) Hadis Nabi SAW.
Apalah arti sebuah Nama, tetapi saat nama yang telah ditetapkan oleh Alloh SWT pasti punya makna luarbiasa, ada misteriNya, ada kuasaNya dan ada kehendakNya dan rencana itu agung.
Alloh SWT tatkala berkehendak dan bertindak atas kuasaNya, tidak ada campur tangan siapapun, begitu dalam pengaturan dan perbuatannya.
Alloh SWT maha pengatur atas misteri dan rahasia ilahiyah, seperti dalam peristiwa kejadian yang telah diberitakan melalui berita mesiah nama Ahmad yang akan hadir sebagai manusia pilihan di akhir zaman, jelas tercantum dalam kitabnya adalah Ahmad sedangkan Nama Muhammad lah kejadiannya.
Mimpi Abdul Muthalib mengubah nubuwat atas perintahNya.
Mimpi yang dialami kakeknya, dan Ibunda pada pra-kelahiran Nabi sebagai petunjuk dan isyarat ilahiah. Syaikh Abdul Ghani Nablusi, menuturkan bahwa tafsir mimpi adalah salah satu pengetahuan paling awal diajarkan Allah ﷻ kepada manusia. Wahab bin Munabbih pernah berkata” Mimpi yang pertama adalah mimpi yang pernah dilihat oleh nabi Adam AS”.
Para Rasul dan Nabi banyak berurusan dengan penafsiran mimpi. Misalnya Nabi Yusuf AS, telah diberkahi dengan pengetahuan tersebut. Nama Muhammad ﷺ itu berasal dari isyarat mimpi Kakek dan ibunda Aminah. Walaupun dalam kitab Injil dan Taurat dikenal nama Ahmad. Para ahli Tafsir sepakat nama Muhammad ﷺ yang diberikan kakeknya dan nama Ahmad yang ada dalam Al Quran. Allah ﷻ berfirman: “Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad.” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. As-Saff 61: Ayat 6).
Semua adalah rencanaNya
Siapakah yang lebih baik makkarnya dan Dia lah sebaik-baik pembuat rencana.
Peristiwa yang dirangkaikan dalam nubuwat melalui Sabda Nabi SAW menjadi indikator dan tanda-tanda yang nyata, menjadi pedoman dan guide dalam merangkai narasi yang komplit dalam memahami zaman. Pendapat dan sudut padang cara merangkai narasi dari para pakar banyak melenceng apabila hanya mengandalkan logika pikiran, sedangkan yang opini lainnya ditinggalkan.
Belajar dari sejarah Rasulullah. Jika hanya menggunakan logika akal pikiran pemahaman narasi berita mesiah al kitab saja pasti tidak komprehensif sehingga hasil telaahnya pun belum akurat, dan terbukti klan-klan suku Yahudi yang pindah migrasi ke tanah kota Yasrib karena mesiahnya Ahmad yang dijanjikan ada di tanah ini, memang mereka mendapatkan sesuai janji Nya, tetapi setelah menunggu hampir 53 tahun dari Umur Nabi SAW saat hijrahnya.
Peristiwa kemunculan sudah terlihat tanda-tandanya sejak lahir, tumbuh kembang, perjalanan niaga dan peristiwa wahyu pertama, serta saat dakwah selama13 tahun perjuangan diolok-olok, dikucilkan dan penyiksaan yang keji. Para Yahudi tidak mendapatkan salah satu kejadian yang dialami di kota kelahiran Nabi di Makah. Mungkin klan-klan Yahudi berpedoman pada berita nubuwat yang ada di al kitabnya tanpa memperhatikan mimpi-mimpi seperti kakek Abdul Muthalib, pendeta Warokoh bin Naufal, Nastura dan Bukahira. Berbeda cara pandang klan suku-suku di Yasrib yaitu Aus dan Khojraz yang mempelajari dan menganganalisis dengan usaha tiap tahun haji ke Mekah untuk menyongsong nubuwat yang telah hadir.
Menjadi hikmah persiatiwa Mimpi Kakek nya dalam menamakan bayi yang baru lahir Muhammad atas perintahNya dan sekenario rencanaNya. Apakah ini akan menyalahi janji NubuwatNya, tentu tidak karena Dia-lah Tuhan yang maha kehendak maha menepati janji dan tidak satupun luput dari kuasaNya, karena semua telah direncanakan sejak zaman Azali.
Oleh karena itu mari memahami qudrat dan irodat ilahi dalam belajar mempelajari mimpi-mimpi saudara kita Muhammad Qasim dengan keimanan yang tinggi dan keikhlasan yang luas dalam penerimaan takdir bahwa Alloh SWT maha berbuat apapun atas kehendaknya.
Wallohu a’lam biss awab