Uncategorized

Menganali Hadis Tentang Umur Umat Islam dengan Nubuwat akhir zaman dan Mimpi seorang Pemuda Pakistan.


Oleh: Dr.H.Jaya Mualimin, SpKJ,M.Kes MARS.

Umur manusia tidak identik dengan umur umat Nabi Muhammad SAW. Kiamat itu terjadi tidak bersamaan waktunya dengan peristiwa akhir zaman. Ketika ditiupkanya angin lembut dari Yaman itu hanya akhir dari umur umat Islam dalam kejadian kematian serentak.

Menurut banyak pendapat beberapa ulama termasuk Imam As-Suyuthi (hidup dari 1445 – 1505 M, 849 – 911 H) menyebutkan dalam kitabnya Al-Hawi (2:239-256) : Umur dunia itu hanya 7.000 tahun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri diutus pada akhir-akhir seribu yang keenam. [Maksudnya berarti separuh kedua darinya, sekitar tahun ke-5.500. Berarti umur umat Islam ini lebih dari 1.000 tahun dan kurang dari 1.500 tahun].

Imam As-Suyuthi menegaskan,
“Tidak mungkin umur umat Islam lebih dari 1.500 tahun.”

Pertama:

Dalam Shahih–nya, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu. Terjemahan bebas hadits ini ialah: “Perumpamaan eksistensi kalian (umat Islam) dibanding umat-umat sebelum kalian ialah seperti waktu antara salat asar hingga tenggelam matahari. Ahli Taurat (Yahudi) diberi kitab Taurat, lalu beramal sehingga tatkala mencapai tengah hari (zuhur) mereka tak sanggup lagi beramal, lalu diberi pahala seqirat-seqirat. Kemudian ahli Injil (Nasrani) diberi Injil, lalu beramal hingga masuk waktu salat asar, lalu tidak sanggup melanjutkan, lalu diberi pahala seqirat-seqirat. Kemudian kita diberi Al–Qur’an, dan kita beramal (dari asar) hingga tenggelam matahari, dan kita diberi pahala dua qirat-dua qirat. Maka, kedua ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) bertanya, ‘Wahai Rabb kami, (mengapa) Engkau beri mereka (muslimin) pahala dua qirat, dan kami (hanya) satu qirat, padahal kami lebih banyak amalnya?’ ‘Apakah Aku mengurangi pahala (yang kujanjikan) bagi kalian?’ tanya Allah. ‘Tidak,’ jawab mereka. ‘Itulah keutamaan yang kuberikan kepada siapa yang kukehendaki,’ jawab Alloh

Kedua:

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa Al–Asy’ari, bahwa Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Perumpamaan kaum muslimin, Yahudi, dan Nasrani ialah seperti seseorang yang menyewa suatu kaum agar bekerja hingga malam. Maka kaum tersebut bekerja hingga tengah hari dan mengatakan, ‘Kami tak butuh kepada upahmu.’ Lalu, orang tersebut mengupah kaum lainnya dan berkata, ‘Lanjutkanlah waktu yang tersisa dari hari ini dan kalian akan mendapat upah yang kusyaratkan.’ Maka, mereka pun bekerja hingga tiba waktu salat asar dan berkata, ‘Jerih payah kami untukmu (tidak minta upah).’ Kemudian, orang tersebut menyewa kaum lainnya dan kaum tersebut bekerja mengisi sisa waktu hari itu hingga tenggelam matahari dan mereka mendapat upah sebanyak upah kedua kaum sebelumnya.”

Artinya, walau tempo kerja mereka paling singkat, namun upahnya setara dengan upah yang disyaratkan bagi kedua kaum sebelum mereka, yang bekerja dari pagi hingga sore.

Ketiga:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Permisalan kalian dengan ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) seperti permisalan seseorang yang diberi upah. Ditanya, “Siapa yang mau bekerja dari pagi hingga pertengahan siang (waktu zawal atau waktu Zhuhur, pen.) lalu mendapat upah satu qirath?” Lalu yang bekerja ketika itu adalah orang Yahudi.

Kemudian ditanya lagi, “Siapa yang mau bekerja dari pertengahan siang hingga waktu ‘Ashar dengan mendapat upah satu qirath?” Lantas yang bekerja adalah Nashrani.

Lalu ditanya lagi, “Siapa yang mau bekerja dari ‘Ashar hingga matahari tenggelam, upahnya dua qirath?” Itulah kalian umat Islam.

Yahudi dan Nashrani lantas marah. Mereka katakan, “Kami lebih banyak bekerja, namun kenapa kami diberi sedikit?” Dijawab, “Apakah upah kalian dikurangi?” Mereka jawab, “Tidak.” Lalu dijawab, “Itulah keutamaanku dan keutamaan yang diberi pada siapa saja yang dikehendaki oleh Allah.” (HR. Bukhari, no. 2268)

Upah bagi Yahudi dan Nashrani tetap ada. Mereka tidak setuju lantaran mereka sudah bekerja lebih lama namun kenapa hanya mendapatkan satu qirath. Sedangkan umat Islam yang bekerja dalam waktu yang lebih singkat malah mendapatkan upah lebih besar yaitu dua qirath.

Satu qirath adalah ukuran 1/12 dirham atau 1/20 dinar. Dua ratus dirham itu sama dengan nisab perak yaitu 5 juta rupiah. Berarti 1 dirham sama dengan 25.000, 1/12 dirham sama dengan 2.083 rupiah. Gambarannya upah dengan qirath adalah upah yang sedikit.

Periode zaman ini ternyata telah dikabarkan oleh Rasullullah Muhammad ﷺ melalui sebuah hadist yang mahsyur, sebagai hitungan umur umat Nabi Muhammad SAW;

“Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,” (HR. Ahmad)

Kurang lebih 4/5 periode zaman telah terjadi dan terbukti kebenarannya, (dari mulai periode pertama; Minhajun nubuwah/Nabi masih hidup, kemudian ke-dua; Khalifah alaa minhajun nubuwah, ke-tiga; Mulkan adzom dan, ke-empat; Mulkan Jabariyah). Periode ke-empat ini Mulkan Jabariyah kita yakini dengan pasti dan akan segera berakhir. Tinggallah 1/5 periode zaman yang belum terjadi, yakni periode khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah yang sekaligus menandakan dekatnya kiamat akhir zaman.

Ke-lima zaman yang telah Rasullullah ﷺ sampaikan tersebut sebenarnya merupakan ilustrasi dari umur umat islam di dunia ini. Sebagaimana ummat Nabi-Nabi sebelum agama islam yang memiliki batasan periode, maka ummat islam juga memiliki batasan waktu hidup di muka bumi ini. Lantas, di tahun berapakah umur ummat islam ini akan berakhir?

Yang jelas dan merupakan hal yang wajib kita yakini adalah bahwa waktu berakhirnya ummat islam adalah tatkala zaman periode kelima, yakni zaman khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah selesai. Pendapat yang mahsyur terkait umur ummat islam ini dapat kita ketahui dari tiga Imam yang sudah tidak lagi diragukan keilmuannya, mereka adalah Imam Ibnu Rajab al Hanmbali, Imam As Suyuthi, dan Imam Ibnu Hajar As Asqolani.

Imam Ibnu Rajab Al Hanbali mengatakan bahwa umur umat islam adalah lebih dari 1400 tahun dan kurang dari 1500 tahun. Sedangkan Imam Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitabnya Al Ijarah dan Kitabul Fitan bahkan mengatakan hal yang lebih spesifik yakni umur ummat islam adalah 1476 tahun.


Jika saat ini kita berada di tahun 1476 Hijriyah, maka 1476 dikurangi dengan 1445 adalah 31 tahun. Apakah benar ini adalah umur umat islam yang tersisa? Jawabannya bukan. Penanggalan hijriyah dimulai dari peristiwa hijrahnya Rasul ﷺ ke Madinah, maka angka 31 tahun tersebut masih harus dikurangi lagi dengan 13 yang mana adalah bilangan tahun sejak Nabi menerima wahyu sebagai tanda lahirnya islam sampai beliau ﷺ hijrah ke Madinah. Maka umur umat islam tinggal 18 tahun.

Dari penjelasan tersebut, jika pendapat yang disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar dan Imam Ibnu Rajab tersebut adalah benar, maka dalam 18 tahun ke depan umat islam akan mengakhiri zama diktator sekaligus menyongsong datangnya zaman khilafah ‘alaa minhaji nubuwah. Dan setelah khilafah akhir zaman itu selesai, umat islam akan diwafatkan oleh Allah SWT, kemudian keluarlah Ya’juj dan Ma’juj sebagai pintu gerbang akhir zaman.

Sesungguhnya Allah telah memilih kita sebagai ummat yang akan mengembalikan dan menghadirkan fase periode zaman kelima, yakni khilafah ‘alaa minhaji nubuwah. Kitalah ummat yang terpilih itu. maka tinggallah 1/5 periode zaman yang belum terjadi, yakni periode khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah yang sekaligus menandakan dekatnya kiamat akhir zaman.

Kelima zaman yang telah Rasullullah ﷺ sampaikan tersebut sebenarnya merupakan ilustrasi dari umur umat islam di dunia ini. Sebagaimana ummat Nabi-Nabi sebelum agama islam yang memiliki batasan periode, maka ummat islam juga memiliki batasan waktu hidup di muka bumi ini. Lantas, di tahun berapakah umur ummat islam ini akan berakhir?

Sesungguhnya Allah telah memilih kita sebagai umat yang akan mengembalikan dan menghadirkan fase periode terakhir umat Nabi Muhammad SAW, Sebagaimana mimpi yang dialami oleh seorang pemuda Pakistan dari Lahore terkait hari terakhir menjelang kiamat digelar oleh Alloh SWT, dengan bahasa kiasah sesuai dengan bahasa simbol dalam mimpi, (1 hari dalam kiasan mimpi adalah 1000 tahun dalam bahasa nyata dan 1/2 hari artinya ditambah 500 tahun), maka bila dihitung hitungan dunia menjadi 1500 tahun urusan Muhammad Qasim menyelesaikan segala urusan dunia (dikiaskan gadis yang dikejar ingin menikahinya), setelah urusan Muhammad Qasim selesai, maka Alloh menggelar kiamat Kubra sesuai janji Alloh azza wajalla, maka kerusakan dunia dan segala isinya akan terjadi, simak mimpi yang telah diceritakan.

Mimpi-Mimpi Muhammad Qasim
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum
Aku sering mendapatkan mimpi-mimpi tentang hari terakhir sebelum kiamat dimana aku harus menyelesaikan semua tugasku di hari terakhir tersebut.


Namun dalam mimpi-mimpi itu aku selalu menemui beberapa masalah atau aku dikelilingi oleh kesulitan-kesulitan sehingga aku tidak bisa menyelesaikan tugas-tugasku. Namun ternyata Allah SWT tidak jadi menggelar kiamat dan dengan rahmat-Nya memberiku tambahan waktu di hari berikutnya. Allah SWT berfirman, “Qasim, Aku telah memanjangkan waktu sebelum kiamat. Dan selama kau belum menyelesaikan tugasmu, Aku tidak akan menggelar kiamat.”


Aku akan menceritakan mimpi pertamaku tentang hari terakhir kiamat. Aku mendapat mimpi ini pada tahun 1998. Dalam mimpi ini, aku sedang berbicara dengan Allah SWT di suatu tempat dan Allah SWT berada di atas Arsy-Nya. Allah SWT berfirman kepadaku, “Qasim, selesaikan tugasmu sebelum jam enam malam sehingga Aku bisa menggelar kiamat.” Lalu aku berkata, “baiklah.”Dan aku segera pulang agar aku dapat menyelesaikan semua tugasku karena waktunya hanya tinggal sedikit.


Saat aku mulai berjalan pulang ke rumah, aku melihat seorang gadis sedang berjalan. Aku menyukai gadis itu. Aku ingin menikahi dan mengajaknya pulang ke rumah bersamaku. Aku pun mengikutinya dan lupa bahwa Allah SWT akan menggelar kiamat sekitar jam enam malam dan aku harus menyelesaikan semua tugasku sebelum jam enam itu.


Aku mulai berjalan mengejar agar dapat menyusulnya namun ada banyak sekali orang yang berjalan cepat dan terburu-buru. Di sana sangat ramai,banyak orang berdesak-desakan, dan banyak sekali rintangan sehingga aku tidak bisa berjalan dengan cepat. Kemudian gadis itu berjalan dengan cepat sedangkan aku tidak bisa berjalan dengan kecepatan yang sama. Gadis itu mulai masuk gang-gang sempit. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menyusul gadis itu namun ia menghilang dari pandanganku. Dan aku terus mencarinya di jalanan.


Saat aku yakin bahwa aku telah kehilangan dia, barulah aku melihat jam tanganku dan menyadari waktu telah menunjukkan jam delapan malam. Aku pun ketakutan dan terguncang. Aku terduduk sambil memegang kepalaku dan berpikir, “Apa yang telah aku lakukan? Allah SWT telah jelas-jelas
memerintahkan bahwa aku harus menyelesaikan semua tugasku sebelum jam enam malam dan sekarang sudah jam 8 malam. Aku tidak mendapatkan gadis itu dan aku juga tidak menyelesaikan tugasku.”


Aku mulai mencerca diriku sendiri dan berkata, “Allah hanya memberi kita satu kesempatan dan aku telah menyia-nyiakan kesempatan itu. Dan waktu yang telah berlalu juga tidak mungkin kembali.” Lalu tiba-tiba aku berkata, “Tidak, Allah AWT juga telah berkata bahwa Dia akan menggelar kiamat sekitar jam enam malam, sedangkan sekarang sudah jam delapan malam, lalu
mengapa aku masih hidup? Kenapa dunia masih terus berputar? Dan kenapaAllah SWT belum menggelar kiamat?”


Aku pun mulai berjalan kembali ke tempat tersebut untuk bertemu Allah SWT dan aku diliputi ketakutan yang amat sangat bahwa Allah SWT akan sangat marah kepadaku. (Aku membayangkan) Dia akan berkata, “Qasim, Aku telah perintahkan kepadamu untuk menyelesaikan tugasmu sebelum jam enam malam, lalu kenapa kau belum menyelesaikannya!!!”


Saat aku sampai ke tempat itu lagi dan Allah SWT berada di atas Arsy-Nya, kemudian aku bertanya kepada Allah SWT dengan suara penuh rasa takut, “Ya Allah, Engkau akan menggelar kiamat sekitar jam enam malam, dan sekarang jam delapan malam, lalu mengapa Engkau belum menggelar kiamat?”


Kemudian Allah SWT berfirman dengan suara yang sangat halus dan lembut, “Qasim, kamu belum melaporkan kepada-Ku bahwa kamu telah menyelesaikan semua tugasmu. Itu sebabnya Aku belum menggelar kiamat.”


Setelah mendengar Kemurahan dan Kelembutan Allah, hatiku menjadi sangat bahagia. Allah SWT benar-benar Maha Pemurah dan aku telah mengira/ berprasangka yang bukan-bukan. Kemudian aku menceritakan seluruh kejadiannya kepada Allah, bahwa aku bertemu seorang gadis di jalan dan aku telah menghabiskan/menyia-nyiakan semua waktuku untuk mengejar gadis itu. Dan aku juga tidak mendapatkan gadis itu.”


Allah berfirman, “Tidak apa-apa Qasim. Aku telah memperpanjang waktu sebelum kiamat, kamu pasti sangat lelah sekarang, sebaiknya kamu pulang dan tidurlah. Lakukan tugasmu kapanpun kamu mau dan saat kamu sudah menyelesaikan seluruh tugasmu, beritahukanlah kepadaKu. Setelah itu barulah Aku akan menggelar kiamat.”

Aku menjadi sangat bahagia karena Allah SWT memberiku kesempatan untuk menyelesaikan seluruh tugasku. Aku mengucap syukur kepada Allah SWT dan berkata dalam hatiku, “Ya Allah, Engkau telah memberikan pertolongan yang
sangat besar kepadaku. Setelah ini aku tidak akan meminta pertolongan kepada siapapun kecuali kepada-Mu.”


Aku pun pulang ke rumah dan berjanji kepada diriku bahwa aku akan langsung pulang dan kemudian aku tidur lalu bangun jam tujuh pagi, mandi, mengenakan pakaian baru, dan mulai mengerjakan tugasku. Salah satu dari tugas itu adalah untuk menghilangkan kegelapan dari seluruh dunia dengan izin Allah.


Aku menyelesaikan tugas-tugasku ini sebelum jam sepuluh atau sebelas pagi, dan kemudian aku berkata kepada diriku bahwa Allah SWT akan menggelar kiamat sekitar jam enam malam jadi aku akan datang ke hadirat Allah SWT jam lima sore untuk melapor kepada-Nya bahwa aku telah menyelesaikan tugas-tugasku maka Engkau bisa menggelar kiamat sekarang.


Di waktu yang tersisa tersebut aku bepergian ke seluruh dunia, makan-makan, dan menikmati waktuku. Kedamaian dan ketenangan terwujud dimana-mana dan semua orang juga menikmati waktu mereka sendiri. Saat jam menunjukkan pukul lima sore maka aku pun datang menemui Allah. Allah berada di atas Arsy-Nya. Aku berkata kepada Allah, “Dengan pertolongan-Mu aku telah menyelesaikan semua tugasku sekitar jam sepuluh atau sebelas pagi tapi karena Engkau baru akan menggelar kiamat sekitar jam enam malam maka aku pikir aku datang menghadap-Mu jam lima sore(saja).”

Kemudian Allah SWT berfirman, “Baiklah, Qasim. Aku akan menggelar kiamat kapanpun Aku mau.” Kemudian aku berkata, “Ya Allah, Engkau seharusnya telah menggelar kiamat kemarin sekitar jam enam malam, namun Engkau tidak jadi melaksanakannya karena aku. Apakah (itu berarti) Engkau telah memanjangkan waktu hidup manusia?” Kemudian Allah SWT berfirman, “Qasim, Aku tidak hanya memanjangkan waktu hidup manusia tapi juga Akumemperbanyak/memperpanjang rezeki mereka.” Mimpi itu berakhir di sana. Hal yang sama terjadi pada diriku di kehidupan nyata.

Demikian beberapa hadis yang masih diperdebatkan dan diperselisihkan ulama. Namun demikian jangan mengaburkan kepercayaan akhir zaman itu, dan kiamat sudah dekat dan pasti terjadi. Mimpi Pemuda Pakistan ini telah menguatkan kepercayaan dan penjelasan dari perdebatan yang panjang tentang fase periodesasi menjelang akhir zaman itu. Mimpi Muhammad Qasim tentang periode ini banyak sekali sehingga perlu dikaji mendalam dan kita dapat merujuk dari hadis Nabi Muhammad SAW.


Semoga cacatan kecil ini menambah pengetahuan, menyemangati kita beramal di akhir zaman ini, optimisme kuat agar selalu bekerja ikhlas, jangan meninggalkan umat, bersama-sama dalam kebaikan, mengaharap karunia dan rahmat-Nya yang agung. Amin ya Rabb Alamin.

Wallohu a lam bil sawab.
Salam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *