BALIKPAPAN—Dalam rangka menggelar Musyawarah Cabang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Balikpapan dengan tema Tingkatkan Profesionalisme dan Kompetensi untuk Menghadapi Revolusi Digital Era Milenial dirangkai dengan webinar yang dibawakan oleh Direktur Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam Provinsi Kalimantan Timur, yaitu dr H Jaya Mulaimin SpKJ, MKes, MARS, yang berjudul “Manajemen Terapi Gangguan Bipolar” yang digelar di Aula Pemkot Balikpapan, Minggu (12/12/2021).
Hadir pada acara ini, diantaranya Walikota Balikpapan H Rahmad Mas’ud, Ketua IDI Kota Balikpapan Kolonel CKM (P) dr Drajat Witjaksono SpKJ serta puluhan dokter, baik yang hadir secara langung maupun secara online.
Dihadapan sejumlah peserta yang hadir, dr H Jaya Mulaimin SpKJ, MKes, MARS menyampaikan, ada beberapa tipe Bipolar, diantaranya GB (Gangguan Bipolar) Tipe 1, yaitu sekurangnya didahului 1 episode manik, dapat diikuti dengan episode hipomanik atau episode depresi mayor. Kemudian untuk GB Tipe 2 adalah sekurangnya mengalami 1 episode depresi mayor dan hipomanik dan tidak ditemukan episode manik. Lalu selanjutnya adalah Siko Timia adalah beberapa episode hipomanik dan depresi (dengan tingkat keparahan kurang dari depresi mayor). Dan yang terakhir adalah Tipe lainnya, yaitu contohnya pada Bipolar dan related disorder induced.
Lebih lanjut dr Jaya Mualimin memaparkan dalam materinya, bahwa manajemen terapi gangguan bipolar itu juga dapat ditemukan saat Pandemi Covid 19 dua tahun belakangan ini. Di mana ditemukan adanya kecemasan sebanyak 65%, Depresi 62% dan Trauma 75%. “Pikiran tersebut terbayak dimiliki oleh orang berusia 18 hingga 29 tahun,” ujar alumni Fakultas Kedokteran Univsersitas Padjajaran Bandung Tersebut.
Menurut dr Jaya Mualimin, etilogi bipolar itu terbagi dua, yaitu secara biologi dan psikososial. Untuk biologi diantaranya adalah genetic, neurotanatomi, biogenic amin, harmone regulation imbalance dan faktor imunologi. Sedangkan secara psikososial adalah significat life stressor dan kepribadian.
Menurut alumni Jurusan Spesialis Kejiwaan Universitas Padjajaran Bandung tersebut, Terapi Gangguan Bipolar di dunia cukup tinggi, yaitu prevalensi gangguan bipolar (GB) di dunia cukup tinggi, yaitu mencapai 1 hingga 2 persen dari penduduk di dunia. “Menjurut WHO pada tahun 2016 lalu, terdapat enam puluh juta orang mengalami bipolar,” ujarnya.
Sedangkan gangguan bipolar menurut National Comorbidity Survey di Amerika Serikat, prevalensi gangguan bipolar type 1 sebesar I %, gangguan bipolar tipe II sebesar : 1,1% dan siklotimia sebesar 2,4%. Dan yang menyedihkan adalah insidensi kematian akibat suicide pada gangguan bipolar dilaporkan 20 kali lebih tinggi dari pada populasi umum.
Sedang untuk Suicide menurut dr Jaya Mualimin, orang dengan bipolar yang meliputi prevalinsi 15% – 20% suicide ada 80% orang Dengan Bipolar Ide Suicide lebih besar dibandingkan dengan Mayor atau Depresi.
Dr Jaya Mualimin juga menyampaikan, gangguan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan Kesehatan yang signifikan di dunia termasuk di Inonesia. Salah satunya dapat dilihat dari ukuran beban penyakit yang ditumbulkan oleh gangguan jiwa.
Bipolar Disorder menurut dr Jaya Mualimin, cirinya adalah adanya gangguan mood yang kronik dan kompleks. Ditandai dengan kombinasi episode manik, hipomanik dan depresi. Terdapat gejala subsyndromal diantara episode mood. “Dan seringkali dikaitkan dengan serious medical and psychiatric comorbidity, early mortality, high levels of functional disability dan compromised quality of life,” pungkasnya.
Materi yang disampaikan dr Jaya Mualimin secara webinar ini, ternyata bukan hanya disaksikan oleh pengurus IDI Cabang Balikpapan secara langsung saja, namun ada ratusan dokter yang juga mengikuti webinar ini secara online. Usai webinar disampaikan selama lebih kurang satu jam itu, acara dilanjutkan dengan Musyawarah Cabang IDI Balikpapan dengan agenda pemilihan ketua IDI Cabang Balikpapan yang baru.
Penulis : Alfian Tamzil