BALIKPAPAN—Amblasnya ruas jalan Soekarno Hatta, tepatnya di kilometer 11 Balikpapan – Samarinda menjadi perhatian serius bagi Pemeritah Kota Balikpapan dan membuat pengguna jalan menjadi kesal, akibat perjalanannya terganggu sejak beberapa bulan terakhir ini. Akibat amblasnya jalan di kawasan tersebut, sempat mengakibatkan sebuah truk beroda enam amblas total di mana di dua roda depan dan belalang di sisi kanan truk tersebut terperosok. Tak pelak jalanpun menjadi macet total kala itu, pada hari Jumat 14 Agustus lalu.
Seperti diketahui bersama jalan kilometer 11 sudah beberapa kali mengalami kerusakan dan sudah sering diperbaiki sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Namun tidak memakan waktu lama pasca diperbaiki, jalan tersebut kembali rusak. Dan itu terus berulang dalam beberapa puluh tahun terakhir ini. Akibatnya hal ini sudah menjadi pemandangan biasa bagi pengguna jalan yang melewati kawasan tersebut. Kontur tanah yang kurang baik, bisa saja menjadi salah satu penyebab jalan di kawasan tersebut menurun.
Wali Kota Balikpapan HM Rizal Effendi sempat membahas hal ini, saat menghadiri acara konferensi pers akhir tahun yang dihadiri oleh puluhan awak media lokal dan nasional, yang berlangsung di Aula Pemkot Balikpapan, Senin (28/12/2020).
Ia mengatakan, bahwa perbaikan jalan tersebut bukan wewenang pemerintah daerah, karena itu termasuk jalan nasional. Maka kontraktornya adalah Balai Jalan. Namun Rizal menimpali bahwa berdasarkan pengalaman Pemkot Balikpapan, pihaknya mengaku bahwa semua ahli kontraktor jalan nasional sudah pernah mengkaji bahwa jalan Soekarno Hatta sampai ke Samarinda tidak pernah ada jalan bisa beres. “Kita tahu mulai tahun tujuh puluhan itu tidak pernah ada jalan bisa beres di sepanjang jalan Balikpapan – Samarinda, termasuk ketika menangani jalan tol Balikpapan – Samarinda,” ujar Rizal Effendi.
Rizal mengaku hal ini bukanlah hal yang mudah, sebab kondisi tanah di Kaltim sangat labil, sehingga kementrian PU sudah berkali kali mengerahkan para ahlinya dalam memperbaiki jalan nasional dan membangun jalan tol. “Kementrian PU itu sudah menurunkan para ahlinya berkali kali. Mereka jago membangun jalan tol di mana mana dan tidak pernah rontok. Tetapi saat pembangunan jalan tol Balikpapan – Samarinda rontok. Kurang apa gitu. Jadi sekali lagi ini wewenang jalan nasional,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan Yusri mengatakan, kerusakan jalan di kilometer 11 memang sangat dipengaruhi kondisi tanah di Kalimantan Timur. “Khususnya di Balikpapan tanahnya bersifat labil. Sehingga di beberapa lokasi di sepanjang ruas jalan tersebut sering mengalami penurunan,” ujarnya.
Lebih lanjut Yusri mengatakan, perbaikan jalan di kilometer 11 kontruksi yang digunakan adalah siring. Dia yakin bahwa itu dilakukan sudah melalui kajian yang mendalam yang menjadi balai besar sehingga kontruksi seperti itu yang digunakan.
“Memang kalau bicara kontruksi, beberapa ahli yang sudah diturunkan punya pemikiran-pemikiran yang berbeda beda tetapi tujuannya sama. Tinggal bagaimana melihat situasi di lapangan. Saya pernah melihat ke sana dan memang saat ini kondisinya parah. Tetapi penanganan yang sudah dilakukan saya kira sudah 32 persen. Karena sudah dilakukan penimbunan menggunakan aggregat. Dan itu saya yakin beberapa bulan ke depan baru akan stabil,” pungkasnya.
TANGGAPAN Ir SUDJATMIKO TENTANG PERBAIKAN JALAN KILOMETER 11
Pakar kontruksi Kota Balikpapan Ir Sudjatmiko pun turut angkat bicara, terkait rusaknya jalan kilometer 11. Menurutnya Banyak faktor penyebab kelongsoran pada lereng, menjustifikasi penyebabnya adalah pipa PDAM yang bocor dia anggap terlalu premature. Sebab pergerakan tanah sebagai awal kelongsoran bisa saja menyebabkan pipa pdam pecah dan kebocorannya semakin memicu kelongsoran, jadi seperti mencari mana yang lebih dulu telor atau ayam.
Menurut Alumni Fakultas Teknik Sipil Universitas Gajah Mada Jogjakarta ini, sebenarnya banyak model dan jenis kelongsoran, yang ingin ia sampaikan. Kelongsoran pada tanah jenis clay seperti yang ada di KM 11, kelongsoran jenis rotasi ini tidak serta merta longsor, tapi mulai dengan munculnya retakan retakan kecil atau lapisan permukaan yang mulai bergelombang. Gerakan pelan pelan tersebut lama lama terbentuk bidang longsor yang berada dibawah permukaan dan menimbulkan kelongsoran.
“Kalau ditanyakan apakah jenis dinding penahan tanah (DPT) yang saat ini digunakan di km 11 Balikpapan apa menjamin kekuatannya? Tentu konstruktor sudah memperhitungkan kehandalan strukturnya. Sudah banyak program program yang terapan dapat digunakan dan yang populer menggunakan software plaxis,” ujar pria penggemar motor besar ini.
Sekilas ia melihat model kombinasi tiang pancang dengan konstruksi gravitasi dari beton bertulang. Konstruksi jenis ini termasuk mengandalkan berat sendiri material dalam menahan tekanan lateral dari material longsoran. “Hanya secara pribadi saya kurang sreg dengan model konstruksi gravitasi tapi masih berada diatas lerengan, karena air yang tertahan dari adanya konstruksi tersebut akan mencari jalan keluar termasuk melalui bawah pondasi menuju kelereng dibawahnya,” ujarnya.
Menurut Sudjatmiko lama kelamaan erosi yang terjadi dibawah pondasi akan menghilangkan kapasitas bearing plate yang cukup penting dalam menjaga stabilitas konstruksi tersebut. Terus apa yang tepat untuk jenis konstruksi di atas lereng tersebut? “Kalau saya pribadi dengan tidak mencoba menggurui, saya lebih memilih type soldier pile atau counter weight yang dibangun dari kaki lereng seperti model perkuatan tanah dengan geogrid,” pungkasnya.
Sementara itu, Diretur Utama PDAM Haidir mengatakan, bahwa konten ini sudah diklarifikasi. Sebab menurutnya tidak ada pipa pipa di jalan longsor tersebut yang ada di sebelahnya. Tetapi pipa tersebut sudah berada di seberang jalannya. “Jadi pipa kami itu korban dari longsor sebelum-sebelumnya masih pada saat longsorannya itu. Tetapi kami sudah pindahkan ke seberang. Krosingnya persis di depan Puskesmas. Kalau dari arah kota ke Karang Joang itu sebelah kiri. Jadi kalaupun ada pipa di bawah jalan tersebut, itu sudah tidak terpakai lagi. Jadi pipa yang sekarang eksitingnya ada di sebelah kiri jalan tersebut,” ujar Haidir.
Ia juga menyebut, pelanggan PDAM di kawasan tersebut masih dialiri air. Jadi ia kembali mengatakan sudah tidak ada lagi pipa di bawah jalan tersebut.
Foto Judul : Istimewa