BALIKPAPAN—Peringatan upacara detik detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 75 yang digelar di halaman Pemkot Balikpapan berlangsung khikmad dan sederhana pada Senin pagi (17/08/2020).
Upacara peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 75 ini dengan inspektur upacara Walikota Balikpapan HM Rizal Effendi dan Komandan Upacara Mayor Infanteri Riduwan.
Upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 75 kali ini sungguh jauh berbeda. Dikarenakan Balikpapan saat ini masih adanya wabah pandemi Covid 19. Sehingga peserta upacaranyapun terbatas. Hanya beberapa Pejabat Utama di lingkungan Pemkot Balikpapan dan para pejabat yang tergabung dalam Forkompinda.
Begitu pula peserta upacara yang ada dilapangan hanya ada belasan prajurit dari TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Anggota Polri serta perwakilan dari FKPB.
Setelah upacara selesai dilaksanakan Pemerintah Kota Balikpapan sempat memberikan berbagai penghargaan kepada sejumlah warga Balikpapan diantaranya adalah penghargaan kepada 34 relawan atas dedikasi dan pengabdian dalam menjalankan tugas percepatan penanggulangan Covid 19 di Kota Balikpapan.
Salah seorang yang mendapatkan penghargaan tersebut adalah dr Maurits Marpaung Sp.P yang kesehariannya bertugas di Rumah Sakit Kanujoso Djawibowo Balikpapan. Menurut dr Maurits dirinya sudah terlibat dalam menangani wabah Covid 19 sejak awal, sekitar bulan Maret lalu. “Sejak kasus ini belum ada data-data sampai sekarang. Sejak awal Rumah Sakit Kanujoso beserta tenaga kesehatannya selalu terlibat hingga sekarang, dalam menangani pasien yang terdampak covid 19,” ujar alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Selama kurun waktu Maret hingga sekarang, dr Maurits mengaku segala sesuatunya memang berat. Namun karena adanya soliditas yang tinggi dan saling bahu membahu di semua tenaga kesehatan yang ada di RSKD untuk menjaga Kota Balikpapan ini.
Lebih lanjut dr Maurits menyampaikan, bahwa garda terdepan itu adalah masyarakat sendiri. Namun menurutya masih saja ada masyarakat yang mungkin kurang disiplin untuk mematuhi protokol kesehatan penanggulangan Covid 19 ini. “Maka kami yang ada di garda di belakang ini, kami sebagai basis pertahanan, harus berjuang untuk menyembuhkan dan mengobati masyarakat yang terdampak Covid 19 ini. Dan kami akan terus berjuang sampai dengan awal tahun depan,“ ujar dr Maurits lagi.
Dalam kurun waktu 6 bulan belakangan ini, hampir semua daerah yang ada di Indonesia terdampak Covid 19. Bahkan tak sedikit daerah yang masuk zona hitam dan zona merah. Mengingat jumlah pasien terus mengalami peningkatan. Ironisnya tak sedikit tenaga medis yang gugur. Mulai dokter spesialis, dokter umum dan perawat yang terdampak Covid 19 hingga akhinya meninggal dunia. Menurut Maurits pihaknya akan terus berjuang untuk melawan Covid 19 ini. Ia juga mengucapkan rasa simpatik yang begitu dalam kepada rekan rekannya sesama tenaga medis yang wafat akibat Covid 19 pasca menangani pasien Covid 19 ini.
Alumni Fakultas Kedokteran Sepesialis Paru Universitas Indonesia Rumah Sakit Persahabatan ini mengintruksikan kepada seluruh jajarannya agar saat bertugas wajib mengikuti protokol kesehatan dan menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan standar.
Ketika ditanya banyaknya tenaga medis yang gugur saat melakukan tugasnya merawat pasien Covid 19, apakah ada kekhawatiran pada dirinya? Dengan tegas dr Maurits mengatakan bahwa dirinya tidak terlalu khawatir. “Kita memang prihatin tapi kita tetap harus berjuang. Dan akan terus berjuang hingga wabah Covid 19 diharapkan akan segera berakhir,” pungkasnya.