BALIKPAPAN—Bagi masyarakat Balikpapan yang sering melakukan pengobatan dengan cara fisioterapi di Rumah Sakit Dr R Hardjanto atau yang sering disebut Rumah Sakit Tentara sudah barang tentu mengenal dengan pria yang satu ini. Ia adalah Letkol CKM Sudarmanto, S.Ft.Physio.
Sudarmanto merupakan satu satunya tenaga ahli Fisioterapi dari anggota TNI Angkatan Darat di rumah sakit tersebut. Hari hari ia dengan sabar dan selalu senyum kepada semua pasienya di ruang pakteknya tat kala pasien melakukan pengobatan rutin secara fisioterapi.
Ia sempat menceritakan sekelumit perjalanan karier militernya kepada media ini. Sudarmanto menempuh pendidikan S1 profesi di Universitas Hasanudin Makasar tahun 2011 s. d 2014. “Waktu itu saya kuliah masih di bawah fakultas kedokteran Unhas, program studi fisioterapi profesi,” ujar Sudarmanto saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (14/04/2020).
Di Universitas Hasanudin itu Sudarmanto menempuh pendidikan selama 3 tahun dan berhasil meraih gelar sarjana fisioterapi profesi atau disingkat S.Ft. Physio. “Jadi memang dengan bertambahnya ilmu dan teknologi, jadi sekarang latar belakang pendidikan fisioterapi pun harus menyesuaikan. Jadi sekarang sudah mulai banyak universitas yang membuka program studi S1 Fisioterapi profesi, Karena untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahun, khususnya di bidang kesehatan,” ujarnya.
Lebih lanjut Sudarmanto mengatakan, bahwa sampai dengan saat ini D-III dan D-IV fisioterapi masih ada. Dan untuk D-IV pun menurut Sudarmanto bisa langsung ke peruguruan tinggi untuk melanjutkan ke jenjang profesi.
Sebelum berprofesi sebagai anggota TNI AD dengan pangkat Letnan Kolonel saat ini, Sudarmanto mengatakan. Bahwa ia masuk TNI AD setelah menempuh pendidikan D-III Fisoterapi di Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 93, lulusnya tahun 1996. Setelah itu ia mendaftar di TNI AD melalui jalur Sepa PK dan dilantik Letda CKM pada tahun 1998.
Setelah resmi menjadi anggota TNI AD berpangkat perwira, ia mendapatkan dinas di Kodam VI Tanjungpura. “Waktu itu Kodam ini masih bernama Kodam VI Tanjungpura, sebelum terjadi pemisahan dengan Kodam VI Mulawarman,” ujarnya.
Di tahun 2011 Sudarmanto mengkuti kuliah S1 Profesi di Universitas Hasanudin Makasar sampai dengan tahun 2014. “Kemudian setelah itu saya kembali berdinas di Kesdam VI Mulawarman. Dan pada tahun 2016 saya mengikuti pendidikan pengembangan umum militer atau Diklapa ll di Pusdikkes Jakarta,”
Setelah menempuh pendidikan, ia mendapatkan tugas baru di Kesdam IV Diponogoro selama satu tahun setengah. Kemudian di tahun 2018 tepatnya di bulan Maret dirinya kembali mutasi ke Kesdam VI Mulawarman.
Menurut Sudarmanto, metode pengobatan fisioterapi itu kompetensinya di kapasitas fisik dan kemampuan gerak. “Jadi kompetensi utamanya di situ. Semua lini bisa dimasuki fisioterapi. Mulai dari ibu hamil, bayi sampai orang tua itu fisioterapi bisa masuk di situ. Akan terapi untuk kondisi yang paling sering dirujuk ke fisioterapi itu biasanya kondisi gangguan saraf , otot dan tulang. Tapi sebenarnya bisa dimasukin fisioterapi , mulai dari kondisi paru, jantung, dan kondisi-kondisi gangguan interna. Dan kita berkolaborasi dengan tim medis yang lain, agar mendapatkan kesembuhan dari pasien secara optimal,” kata Sudarmanto.
Profesi sebagai fisioterapis memang jumlahnya sedikit di hampir semua rumah sakit. Ini berbeda dengan tenaga perawat, bidan dan analis. Menurutnya, kalau untuk kebutuhan fisioterapi pun memang di semua rumah sakit tidak sebanyak profesi yang lain, seperti perawat dan bidan. Menurutnya perbandingan tugas fisioterapi dengan perawat dan dengan pasienpun juga tidak sebanyak antara perawat dan jumlah pasiennnya. Selain bekerja dirumah sakit, fisioterapi juga bisa praktek mandiri, di pusat kebugaran maupun olahraga.
“Jadi memang, ya kalau dibilang sedikit yah memang masih sedikit. Tapi saat ini sudah banyak dicetak fisioterapis fisioterapis yang baru dan cukup banyak. Karena Universitas atau perguruan tinggi yang membuka jurusan fisoterapis. Bahkan sekarang hampir di setiap provinsi ada dan sudah berkembang. Baik itu di Stikes, Poltekkes dan universitaspun ada. Ada di yang bawah fakultas kesehatan dan ada yang di bawah fakultas kedokteran. Dan sekarang profesi fisioterapis sudah banyak yang meraih gelar Doktor. Namun banyaknya melalui pendidikan di luar negeri, karena kalau di Indonesia masih di tingkat master fisioterapi,” pungkasnya.
Penulis : Alfian Tamzil